Nih buat temen-temen yang ingin memahami Kaidah-Kaidah
Kebahasaan Untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang
Sintaksis
Menerapkan Kaidah-Kaidah Kebahasaan Untuk Menganalisis Kesalahan
Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Sintaksis
Disusun oleh :
Dita Setyo
Nugroho (1401414252)
Bagas Prabo
Sunu (1401414228)
Wahyu Febriana (1401414210)
Riski Nurseptiani (1401414229)
Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Semarang
2014
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya,
sehingga penulisan makalah yang berjudul Menerapkan Kaidah-Kaidah Kebahasaan
Untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Sintaksis dapat
penulis selesaikan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Penulisan makalah Menerapkan Kaidah-Kaidah Kebahasaan Untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Sintaksis ini dilakasanakan agar mahasiswa mengetahui kaidah-kaidah kebahasaan yang terkandung dalam bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional dan merupakan bahasa pengantar dalam bidang pendidikan. Selain itu, diharapkan agar mahasiswa tidak sekedar mengerti tetapi juga memahami dan menerapkan kaidah-kaidah kebahasaan tersebut dalam berkomunikasi sehingga mahasiswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak dapat bekerja sendiri, tanpa ada bimbingan, saran-saran dan bantuan dari banyak pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulisan makalah Menerapkan Kaidah-Kaidah Kebahasaan Untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Sintaksis ini dilakasanakan agar mahasiswa mengetahui kaidah-kaidah kebahasaan yang terkandung dalam bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional dan merupakan bahasa pengantar dalam bidang pendidikan. Selain itu, diharapkan agar mahasiswa tidak sekedar mengerti tetapi juga memahami dan menerapkan kaidah-kaidah kebahasaan tersebut dalam berkomunikasi sehingga mahasiswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak dapat bekerja sendiri, tanpa ada bimbingan, saran-saran dan bantuan dari banyak pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 30
September 2014
Penulis
Daftar Isi
A. Latar Belakang
Dalam
pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi.
Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan
digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti
penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana. Dalam berbahasa Indonesia,
tingkat kesadaran dan kepatuhan akan kaidah-kaidah kebahasaan secara jelas
tergambarkan melalui perilaku berbahasa kita, baik ketika kita menggunakan
bahasa Indonesia dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Tata bahasa
baku bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan rambu-rambu yang harus disadari
dan sekaligus dipatuhi oleh para pemakai bahasa Indonesia agar perilaku
berbahasa mereka tetap memperlihatkan ciri kerapian dan kecermatan. Kerapian
dan kecermatan berbahasa ini hanya mungkin apabila bahasa Indonesia itu sendiri
sebagai alat komunikasi memang telah siap untuk digunakan secara rapi dan
cermat.
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia agar bahasa persatuan dan bahasa negara milik bangsa Indonesia itu tetap mantap dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien. Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua, perbendaharaan kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua macam persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan secara rapi dan cermat untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam konteks upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia agar bahasa persatuan dan bahasa negara milik bangsa Indonesia itu tetap mantap dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien. Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua, perbendaharaan kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua macam persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan secara rapi dan cermat untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam konteks upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai
seorang guru atau calon guru yang sedang berpraktik mengajarkan bahasa
Indonesia, apabila diperhatikan dengan saksama, Kita akan menemukan
kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa. Kesalahan-kesalahan itu ternyata dapat
Kita pilah dalam dua kategori, yaitu kategori kesalahan dalam bidang
keterampilan dan kesalahan dalam bidang linguistik. Kesalahan yang berhubungan
dengan keterampilan terjadi pada saat siswa menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Sedangkan kesalahan dalam bidang linguistik meliputi tata bunyi
(fonologi), tata bentuk kata (morfologi), sintaksis, dan leksikal.
Berawal dari
sebuah ungkapan yang sudah begitu tidak asing di telinga orang Indonesia,
terlebih para akademisi bahasa dan linguistik, yaitu “Pergunakanlah Bahasa
Indonesia dengan Baik dan Benar!”. Meskipun kita sering mendengae ungkapan
tersebut, tetapi tidak jarang dari para akademisi yang tidak mengetahui makna
dari ungkapan tersebut. Oleh karenanya perlu kiranya kita membahasa dan
mendeskripsikan apa maksud dari ungkapan tersebut. Dengan cara menganalisis kesalahan bahasa, kita akan menemukan makna dari
ungkapan di atas. Karena dengan menganalisis kesalahan berbahasa, kita dapat
menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia
yang baik adalah bahasa Indonesia yang memenuhi factor-faktor komunikasi,
adapun bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memnuhi
kaidah-kaidah dalam kebahasaan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah-masalah
yang akan dibahas antara lain:
1.
Apakah yang dimaksud dengan kesalahan sintaksis?
2.
Apa saja yang menjadi komponen-komponen analisis
kesalahan sintaksis?
3.
Bagaimanakah penerapan kaidah-kaidah kebahasaan
tersebut dalam hal berkomunikasi baik lisan maupun tertulis?
C.
Tujuan
Dalam membuat makalah ini tentunya
penulis mempunyai tujuan diantaranya:
1.
Menjelaskan ruang lingkup kesalahan-kesalahan dalam
bidang sintaksis
2.
Menjelaskan secara rinci kesalahan dalam bidang frasa
3.
Menjelaskan secara rinci kesalahan dalam bidang klausa
4.
Menjelaskan secara rinci kesalahan dalam bidang
kalimat
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
Analisis
Kesalahan Sintaksis
Kalau
fonologi membahas tentang bunyi-bunyi bahasa, sedang morfologi
membahas tentang
morfem dan kata, maka sintaksis membahas tentang apa?
Tarigan (1984)
mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari
tatabahasa yang
membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Oleh
Kridalaksana
(1982 ) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial
terdiri dari
klausa, misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan
bentuk
linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Lalu apa yang dimaksud
frasa? Frasa
adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjek
atau predikat
(Ramlan, 1978).
Kaitannya dengan
hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan
Semi (1990)
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis
meliputi:
kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.
Pateda dalam Markhamah ( 1989:58 ) menyatakan bahwa
kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi kerana kalimat berunsurkan kata-kata.
Itulah sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan dengan beberapa hal yang
terkait dengan penyusunan kalimat yang baik. Hal-hal yang dimaksud misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang
ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang membentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat, dan
logika kalimat.
B.
Komponen-Komponen Analisis Kesalahan Sintaksis
1. Kesalahan bidang frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau
lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
1. bayi sehat
2. pisang goreng
3. baru datang
4. sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat, pisang
goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan
bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140)
membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva,
frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa
koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional
koordinatif.
Kesalahan
berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,
khususnya
segi frasa, antara lain sebagai berikut.
a.
Pengunaan
kata depan tidak tepat: di masa itu
Beberapa frasa
preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan yang tidak sesuai.
Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa, misalnya sebagai
berikut.
di
masa seharusnya pada masa itu
di
waktu itu seharusnya
pada waktu itu
di
malam ini seharusnya
pada malam itu
di
hari itu seharusnya
pada hari itu
b.
Penyusunan
frasa yang salah struktur
Sejumlah frasa
kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan
atau modalitas terdapat sesudah kata kerja.
Misalnya:
belajar
sudah
seharusnya sudah belajar
minum belum seharusnya belum minum
makan
sudah seharusnya sudah makan
c.
Penambahan
yang dalam frasa benda (B+S)
Frasa benda yang
berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang. Misalnya:
petani
yang muda seharusnya petani muda
pedagang
yang hebat seharusnya pedagang hebat
guru
yang profesional seharusnya guru profesional
Anak
yang saleh seharusnya anak saleh
d.
Penambahan
kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)
Frasa benda yang
berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang atau
dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.
Contoh:
gadis
dari Bali seharusnya gadis Bali
pisang
dari Ambon seharusnya pisang ambon
garam
dari inggris seharusnya garam inggris
e.
Penambahan
kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)
Frasa benda yang
berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung milik
atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan
posesif, misalnya:
Destar
kepunyaan ibu seharusnya destar ibu
Golok
milik Abdullah seharusnya golok Abdullah
Buku
kepunyaan adik seharusnya buku adik
Motor
milik Imran seharusnya motor Imran
f.
Penambahan kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif +
K lain)
Frasa kerja yang
berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti
untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya :
diajar
untuk membaca seharusnya diajar membaca
dituduh
untuk membunuh seharusnya dituduh membunuh
dibimbing
untuk menulis seharusnya dibimbing
menulis
dididik
untuk berani seharusnya dididik berani
g.
Penghilangan
kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif)
Frasa benda yang
berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk
memperjelas makna frase tersebut. Misalnya :
Kursi
kududuki seharusnya kursi yang
kududuki
Taman
kupelihara seharusnya taman yang
kupelihara
Baju kubersihkan seharusnya baju yang kebersihkan
Kursi
kuperbaiki seharusnya kursi yang
kuperbaki
h.
Penghilangan
kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B)
Frasa yang
berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan
kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas
makna pasif frase tersebut. Misalnya :
diminta ibu seharusnya diminta
oleh ibu
dinasihati kakak seharusnya dinasihati
oleh kakak
dibimbing paman seharusnya dibimbing
oleh paman
dididik kakek seharusnya dididik
oleh kakek
i.
Penghilangan
kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)
Dialah paling
pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang dimaksud
karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah.
Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling
pintar di kampung ini.
Jadi, frase
sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang, misalnya
sebagai berikut.
paling
besar seharusnya yang paling
besar
paling
tinggi seharusnya yang paling tinggi
sangat
berwibawa seharusnya yang sangat
berwibawa
amat profesional seharusnya yang amat profesional
2. Kesalahan bidang klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang
di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf,
1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan
bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan
bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak
diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita,
tanya, perintah, dan kagum.
Kesalahan
berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa,
antara lain sebagai berikut.
a.
Penambahan
preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif
Dalam klausa
aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak diantarai modalitas atau
kata keterangan tertentu. Hal ini agar supaya tanpak hubungan yang erat antara
predikat dan objek dalam kalimat. Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak
menjadi agak kabur. Misalnya:
-Rakyat
mencintai akan pimpinan yang jujur seharusnya
Rakyat mencintai
pimpinan yang jujur.
-Pemimpin
itu melindungi akan rakyatnya seharusnya
Pemimpim
itu melindungi rakyatnya.
b.
Penambahan
kata kerja bantu dalam klausa ekuasional
Dalam klausa
ekuasional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di
antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat
terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas. Misalnya:
-Nenekku
adalah dukun seharusnya Nenekku
dukun
-Bapakku
adalah guru SD seharusnya Bapakku
guru SD
c.
Pemisahan
pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif
Dalam klausa
aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan predikat. Hal
ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara jelas
sekaligus memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:
-Saya akan
membeli rumah itu seharusnya Akan saya membeli rumah
itu
-Pak Lurah
selalu mengunjungi wilayahnya seharusnya Selalu Pak
Lurah mengunjungi wilayahnya
d.
Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.
Klausa fasif
adalah klausa yang salah satu ciricirinya adalah menggunakan kata oleh. Misalnya
Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun
demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di
dalamnya. Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya
ciri-cirinya sebagai klauas pasif semakin jelas. Misalnya:
-Roman
Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina seharusnya Roman Tenggelamnya Kapal Tanpo Mas dibaca oleh Rina.
-Buku ekonomi
itu telah dibaca Amir seharusnya Buku ekonomi itu
telahdibaca oleh Amir
e.
Penghilangan
kata kerja dalam klausa intranstif
Dalam situasi
pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa intransitif, yakni
klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja tersebut
tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /Ibu ke Makassar/. Klausa
intranstif tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong
klausa yang benar. Olehnya itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu
pergi ke Makassar. Contoh :
-Pak
camat ke Maros kemarin seharusnya Pak
Camat pergi ke Maros.
-Amin
di kolam renang seharusnya Amin
berenang di kolam renang
3. Bidang kalimat
Kesalahan yang
biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain
sebagai berikut.
a.
Penyusunan
kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah Berbahasa Indonesia dalam
situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah.
Seperti
-Amin
pergi ke rumahnya Rudy
-Buku
ditulis oleh saya
-Rumah
itu dibuat oleh saya.
Kalimat (a),
(b), dan (c) terpengaruh pada struktur bahasadaerah. Oleh karena itu, kedua
kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
-Amin
pergi ke rumah Rudy.
-Buku itu saya tulis.
-Rumah
itu saya buat.
b.
Kalimat
yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal Ketika menulis atau
berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang menggunakan
kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam,
pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat
tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya :
-Dalam pertemuan itu membahas
berbagai persoalan. Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya :
-Pertemuan
itu membahas berbagai persoalan. atau
-Dalam
pertemuan itu dibahas berbagai persalan.
c.
Penggunaan
subjek yang berlebihan
Biasa kita
mendengar kalimat Ety membeli
ikan ketika Ety akan makan malam. Kalimat tersebut menggunakan dua subjek
yang sama. Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna
kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety
membeli ikan ketika akan makan malam.
Contoh
lain:
-Ali
menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.
Seharusnya:
-Ali
menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.
d.
Penggunan
kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk
Dalam kalimat
majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata
penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat
perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung, misalnya :
-Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi
sekolah
-Walaupun
sibuk sekali tetapi Rudi dan Indrawan selalu hadir di acara sederhana ini.
Seharusnya:
-Meskipun
sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah
-Walapun
sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di acara sederhana ini.
e.
Penggunaan
kalimat yang tidak logis
Buku itu
membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut
tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan membahas
peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu
diperbaiki menjadi Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu
pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
f.
Pengunaan
kata penghubung berpasangan secara tidak tepat
Kata penghubung
berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal terdiri atas bukan berpasangan
melainkan untuk menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan berpasangan
tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata penghubung berpasangan
tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia.
Misalnya:
-Bukan Pak
Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin. Sudirman tidak menulis buku
tetapi menghitung angka.
Dengan demikian,
kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapi
atau
tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya.
Contoh:
-Mereka
tidak menulis melainkan sedang melukis.
-Dia
bukan perampok tetapi pengemis.
Seharusnya
Mereka
tidak menulis tetapi sedang melukis.
-Dia
bukan perampok melainkan pengemis
g.
Penyusunan
kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing
Kata di mana,
yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam
membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang
fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan
demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti
dengan kata bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut.
-Rumah
di mana dia bermalam dekat dari pasar
-Orang dengan siapa dia ajak bicara
belum datang
-Kitab yang
kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana memberi contoh-contoh denga jelas
pula.
Ketiga kalimat
di atas seharusnya:
-Rumah
tempat dia bermalam dekat dari pasar.
-Orang yang
akan dia ajak bicara belum datang.
-Kitab yang
kami kaji bersama-sama cukup jelas karena contoh-contohnya jelas pula
h.
Penggunaan
kalimat yang tidak padu
Kalimat yang
digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang kurang
tepat sehingga maknanya agak kabur.
Misalnya:
-Mereka menyatakan
persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu
-Yang
menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.
Kedua
kalimat di atas seharusnya:
-Mereka
menyetujui keputusan yang bijaksana itu.
-Penyebab
rusaknya hutan adalah perladangan liar.
i.
Penyusunan
kalimat yang mubazir
Kalimat yang
mubazir biasanya disebabkan penggunaan katakata yang berulang secara
berlebihan, penggunaan dua kata yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai
berikut.
-Dalam konsep
pedidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan.
-Mereka
mencari nafkah demi untuk keluarganya.
-Mahasiswa
harus rajin belajar agar supaya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan
Ketiga kalimat tersebut seharusnya:
-Dalam
konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan.
-Mereka mencari nafkah demi
keluarganya.
-Mahasiswa
harustrajin belajar agar lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk
tuturan yang tidak diinginkan khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak
diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk
tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari
kaidah bahasa baku,sedangkan
kesalahan
sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau
kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam
bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan
kalimat, dan logika kalimat.
Daftar pustaka
Kridalaksana,
Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Markhamah, Atiqa
Sabardila. 2010. Analisis Kesalahan: Karakteristik & Bentuk
Pasif. Surakarta:
2 komentar:
keren :)
berguna bangett
Posting Komentar