PGSD UNNES JAYA !!

.

Sabtu, 27 Desember 2014

NASKAH DRAMA KAJIAN BAHASA INDONESIA

selamat pagi, siang, dan malam teman-teman . . .
dalam kesempatan yang baik ini, saya akan sedikit memberikan materi tentang "drama" . nih saya ceritakan pengalaman pribadi saya, " pada saat itu, perkuliahan semester satu PGSD UNNES akan segera berakhir. sebagai tugas akhir, dosen mata kuliah kajian bahasa indonesia memberi kami tugas pementasan drama, wahhh... bikin pusing waktu itu..
tapi, karena suatu kewajiban, akhirnya saya dan teman saya bernama Christian Adi Nugroho bertekad untuk menyelesaikannya. kami pun membuat naskah drama. sungguh luar biasa, dalam waktu satu minggu, semua sudah kelar . . kami berhasil mendapatkan 21 halaman untuk naskah drama yang akan kami pentaskan. kalian tahu? itu adalah hasil karya sendiri lhoo . . .
ya sudah, dari pada lama lama,, mending kita intip seperti apa sih naskah dramanya :)



Dream Land



Adegan 1
Pada suatu malam di dalam ruang tidur dengan cahaya yang redup, suasana malam malam yang sejuk, seorang ibu sedang menyanyikan lagu untuk membuat sang buah hati yang baru menginjak usia dua tahun agar dapat tidur dengan nyenyak.
Puty : (menyanyi lagu Nina Bobo) “Ayo, tidur putri kecilku! Sudah malam, waktunya
istirahat, besok bisa main lagi.”(menyanyi lagu Nina Bobo lagi)
Puty : “Tidur yang nyenyak, mimpinya yang indah, cepat bertumbuh besar. Nanti kalau
sudah besar menjadi dokter. Dokter yang baik, cantik, ramah, nanti juga bisa merawat
papa dan mama kalau sedang sakit, ya, putri mama yang cantik” (memandang
anaknya dengan senyum)
Tiba-tiba sang Papa yang baru saja pulang langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat anaknya yang akan tidur.
Tian : “Wah, anak papa yang cantik sudah mau tidur ya? Ternyata mamanya sedang
bernyanyi buat anaknya, jadi tidak tahu kalau suaminya ini sudah pulang.” (sembari
menghampiri istrinya)
Puty : “Aduh, maaf, ya, Pa, ini lagi menemani malaikat kecil satu ini.”
Tian : “Iya, Ma, tidakpapa”
Puty : “Anak kita lucu ya kalau sedang tidur. Nanti dia pasti akan tumbuh jadi gadis yang
cantik, baik, dan raMa. Terus nanti dia bisa jadi dokter yang hebat.”
Tian : “Eh, dokter? (agak terkejut) Sebentar, sebentar, kenapa jadi dokter, Ma? Nanti dia
lebih cocok jadi seorang ahli hukum yang hebat.”
Puty : “Kok ahli hukum sih, Pa? Seorang gadis itu lebih cocok jadi dokter daripada ahli
hukum, nanti kalau jadi ahli hukum kayak pengacara mengurus kasus korupsi, terus
yang koruptor minta anak kita buat dijahatin gimana? Endak ah, Papa itu aneh-aneh
aja. Pokoknya dia harus jadi dokter.” (dengan nada tegas)
Tian : “Lho gak bisa gitu dong, Ma. Ya, ahli hukum kan tidak selalu jadi pengacara, bisa aja
dia jadi hakim, jadi anggota dewan juga bisa kan. Kalau nanti dia takut darah, takut
bedah makhluk hidup, masa disuruh jadi dokter? Udah banyak, Ma, orang yang jadi dokter, masa jadi dokter semua. Pokoknya anakku harus jadi ahli hukum.” (menegaskan)
Puty : (berdiri) “Anakmu? Dia kan anak kita berdua, mana boleh Papa bilang gitu. Kalau gitu
harusnya dia nurutin Mama dong, kan aku yang bersusah pPapa buat mengandung dan
melahirkan dia, sampai bertaruh hidup. Lha Papa kan gak ngerasain itu.” (mulai
sewot)
Tian : (ikutan berdiri) “Lho, memang bener Mama yang mengandung dan berjuang buat
melahirkan, tapi kan Papa juga punya jasa biar dia bisa dikandung, Papa juga yang
sibuk mencari apa aja kalau Mama ngidam.”
Puty : “Jadi, Papa ngerasa terbeban waktu ngelakuin itu semua? Itu kan udah tanggung jawab
Papa.”
Tian : “Bukan gitu, lha Mama tadi sewot duluan.”
 Puty : “Ya udah, terserah. Pokoknya jadi dokter. Titik.”
Tian : “Lho kok dokter? Ahli hukum pokoknya.”
Puty : “Dokter, Pa!”
Tian : “Ahli hukum, Ma!”
Puty : “Dokter!!!”
Tian : “Hukum!!”
Puty : “Dokter!!!”
Tian : “Hukum!!!”
Puty : “Udah, Pa, terserah, jangan ribut di sini nanti anaknya bangun. Udah, capek, Mama
mau istirahat aja.” (berjalan keluar kamar)
Tian : “Terserah Papa? Ya, berarti ahli hukum.”
Puty : (dari luar kamar) “Dokter!!!”
(Papa ikut keluar kamar)

Adegan 2
Waktu terus berlalu semenjak perdebatan antara orang tua tentang bagaimana anaknya kelak. 15 tahun berlalu keluarga tersebut menjalani hari-hari dengan gembira walau masih ada perbedaaan pendapat pada orang tua tentang cita-cita sang anak yang tentunya juga memiliki cita-cita tersendiri. Hasilnya, setiap kegiatan yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua selalu mendapat larangan. Sang anak sekarang sudah menginjak masa SMA, di mana dia mulai memiliki pendirian yang kukuh untuk mewujudkan cita-citanya sendiri, jadi....
(Papa lagi duduk di ruang tamu sembari membaca koran, ditemani Mama yang sedang menikmati teh. Lalu Nicken datang)
Tian : “Dari mana kamu? Jam segini baru pulang.” (meletakkan koran yang dibaca)
Puty : “Iya, kamu dari mana, Sayang?”
Nicken : “Itu...itu...”
Tian : “Itu apa?”
Nicken : “Itu Nicken abis ikut les seperti yang dibilang Papa.”
Tian : “Les? Les apa? Tadi Papa telepon guru lesnya, tapi dia bilang kamu gak ada. Jadi, kamu dari mana?”
Nicken : “Ya, gitu, Pa.”
Tian : “Jangan bilang kamu habis ikut ekskul yang gak jelas itu, melukis itu, iya kan?”
Nicken : “Iya, Pa, kan Nicken suka melukis. Jadi gak ada salahnya dong.”
Tian : (berdiri) “Ya, gak bisa gitu, pokoknya kamu harus jadi ahli hukum.”
Puty : “Dokter, Pa.”
Nicken : “Nicken gakmau jadi dokter atau ahli hukum. Aku maunya jadi pelukis. Udah,
Pa, maaf, Nicken capek. Nicken mau tidur aja” (berjalan menuju kamar)
Tian : “Nicken dengerin Papa...” (pegang tangan anaknya)
Nicken : “ Pa, Nicken capek!” (ngelepasin tangan papanya lalu menuju kamar)
Tian : “Nicken! Nicken! Dengerin Papa dulu.”
Nicken tetap jalan ke kamar.
Tian : “Itu, Ma, itu anakmu kayak gitu. Baru diajak bicara sama orang tuanya malah pergi.”
Puty : “Lho kok gitu, Pa? Giliran yang jelek aja dibilang anakku.”
Tian : “Iya, kan, Mama yang tanggung jawab buat mendidik anak di ruMa, Papa kan kerja.”
Puty : “Gak bisa gitu dong, Pa. Mendidik anak kan tugas kita berdua sebagai orang tua. Udah,
ah, Mama mau nyiapin makan malam dulu.” (berjalan menuju dapur)
Tian : “Ma!! Tunggu, Ma!! Ini anak sama Mama sama aja.”
Puty : “Bodo!!”

Adegan 3
Di dalam kamar Nicken
Nicken : “Ah, Papa dan Mama sama saja. Satunya ingin aku begini, satunya ingin aku begitu,
kayak lagunya Doraemon aja. Bingung aku jadinya, mending aku tidur aja deh.”
Dalam tidurnya, Nicken berada dalam sebuah tempat yang tenang, damai, dan indah. Dia melihat sekelilingnya tampak pemandangan yang indah, namun dia bingung tempat di mana dirinya berada.
Nicken : (sambil melihat sekeliling) “Wah, bagus sekali tempat ini! Terasa damai di sini.
(berjalan ke kanan) Ada sungai yang berkelok-kelok dengan indah. (berjalan ke kiri)
Pohon-pohonnya juga banyak jadi menambah kenyamanan di sini. Harusnya aku
bawa kanvas buat mengabadikan tempat ini. Em, tapi....ini di mana ya? Rasanya aku
belum pernah ke sini. Gak ada orang lagi.”
Tiba-tiba dari belakang muncul sesosok makhluk bersayap yang diam-diam datang menghampiri.
Dreamy : “Halo...halo....hehehehe....halo....halo....hehehe (riang gembira) halo...namaku Dreamy, hehehe....”
Nicken : “Dreamy? Hahaha...eh, kamu tinggal di sini? Ini tempat apa sih?”
Dreamy : “Iya, hehehe, bisa begitu bisa juga tidak, hehehe..”
Nicken : “Hei, ini tempat apa?”
Dreamy : “Em...em...ini adalah dunia mimpi! Hehehehe..dunia di mana setiap orang bebas
untuk bermimpi. Selamat datang hehehe...selamat datang hehehe..”
Nicken : “Oh, jadi ini dunia mimpi” (terlihat murung)
Dreamy : “Eh...eh...kamu siapa? Eh..eh..kamu kenapa kok murung?”
Nicken : “Ya, begitulah, kalau mendengar kata mimpi aku teringat akan kedua orang tuaku
yang memaksakan mimpi mereka padaku. Padahal aku juga punya mimpi sendiri
yang ingin aku wujudkan.”
Dreamy : “Sudah, sudah, jangan sedih, hehehe...Kenapa kamu tidak mengatakannya ke orang
tuamu?”
Nicken : “Ingin mengatakan tapi...”
Dreamy : “Tapi kenapa?”
Nicken hanya diam.
Pelaut : (masuk) “Aku mempunyai mimpi bisa berkeliling dunia dengan sebuah kapal yang
besar dan megah, bersama dengan banyak orang menikmati indahnya hamparan laut
biru bergelombang yang diterpa matahari, melihat ikan-ikan bermain kian kemari. Di
hadapan deru gelombang besar dan badai yang dahsyat, aku tidak akan goyah, karena
ada secercah cahaya tujuan yang menantiku. Aku mempunyai mimpi.”
Penulis : (masuk) “Aku bermimpi setiap imajinasi, ide, khayalan dapat kuukir pada lembaran-
lembaran kertas kosong, menuangkan setiap cerita kehidupan, romantika remaja, tawa
dan duka dalam goresan-goresan tinta, agar setiap orang dapat membaca, mengagumi,
menikmati dinamika kehidupan yang tertuang dalam sebuah buku kecil. Aku
bermimpi.”
Atlet : (masuk) “Aku punya mimpi untuk berlari bersama angin, melompat melewati setiap
batas yang ada, bersaing dalam sebuah lingkaran untuk merebut sebuah kalung
kemenangan, walau hujan, terik matahari, tidak kuhiraukan, aku akan tetap berlari
bersama angin dengan gembira untuk mencapai garis akhir. Aku punya mimpi.”
Koki : (masuk) “Aku juga bermimpi setiap lidah dapat merasakan manis, asam, asin, Pait,
gurihnya dunia ini, lewat setiap hidangan yang aku buat, hidangang yang nikmat dan
sehat untuk setiap orang, aku ingin setiap orang dapat menikmati setiap makanan
yang ada walau awalnya mereka tidak suka. Aku juga bermimpi.”
Polwan : (masuk) “Aku punya mimpi di negara ini setiap orang bisa merasakan keadilan,
setiap orang dapat merasakan hidup di mata hukum, bagiku menjadi wanita kuat
adalah suatu keistimewaan meski apa yang kulakukan berbeda dari yang wanita
kebanyakan. Aku punya mimpi.”
Anak-anak tersebut kemudian bernyanyi I have a dream.
Nicken : “Mereka itu siapa?”
Dreamy : “Mereka sama sepertimu. Anak-anak yang punya mimpi dalam hidupnya yang
menunggu untuk diwujudkan. Mimpi-mimpi yang pasti tidak mudah untuk
diwujudkan, namun mereka akan berusaha sekuat diri mereka.”
Pelaut : “Kalau kamu, punya mimpi apa?
Penulis : “Iya, aku ingin tahu kamu punya mimpi apa.”
Nicken : “Aku...aku punya mimpi menuangkan indahnya bentuk dan warna di dalam kanvas
putih, mengabadikan setiap suasana hati yang kurasa, membagikan keindahan dan
keragaman pemandangan yang ada di bumi ini, aku ingin setiap insan dapat bersyukur
kepada Tuhan lewat setiap goresan kuas dan perpaduan warna dalam bingkai lukisan
yang kubuat. Tapi...”
Koki : “Tapi kenapa?”
Nicken : “Tapi apa kalian merasa tidak ada halangan dalam menggapai mimpi? Seperti orang
tua mungkin.”
Polwan : “Ya, pasti ada, apalagi aku ingin  menjadi seorang polisi yang berbeda dari wanita
kebanyakan, orang tua pasti ingin anak perempuannya menjadi yang tidak seperti itu.”
Atlet : “Aku juga, walaupun aku tidak tahu apakah orang tuaku mendukung atau tidak tapi
tetap ada halangan yang harus kuatasi. Aku harus berlatih dengan sangat keras, entah
hujan atau panas tetap kulalui. Akan kubuktikan kepada dunia bahwa aku bisa”
Dreamy : “Apa yang mereka katakan itu benar, hehehe, kamu tidak usah sedih, em, siapa
namamu?”
Nicken : “Oh, iya, aku Nicken.”
Dreamy : “Iya, gitu, Nicken, hehehe, setiap mimpi ataupun harapan pasti ada yang
menghalangi, namun bagaimana kita menghadapinya itu yang penting, hehehe. Sudah
lebih baik kita bergembira saja, hehehe.”
Nicken: “Em, iya.” (sedikit ragu)
Anak-anak : “Ayo, Nicken, kita bergembira.”
Mereka bernyanyi dengan gembira, mereka berlari kian kemari, menyanyi, menari hingga Nicken tidak menyadari bahwa satu per satu dari mereka hilang, hingga akhirnya dia tersadar dari mimpinya. Nicken bangun dan merenungkan mimpi yang baru saja dia alami, beberapa saat dia melupakannya karena menurut dia itu hanyalah gambaran imajinasi, dan Nicken melanjutkan setiap aktivitasnya seperti biasa di atas bumi yang terus berputar.

Adegan 4
Waktu bagaikan sebuah matahari, dia bisa terus berputar dari detik pertama sampai akhir tapi tidak mampu untuk kembali mundur walau satu detik sekalipun. Begitu juga dengan nicken, keinginannya untuk menjadi seorang pelukis adalah sebuah ambisi yang sedikitpun tidak akan pudar dalam tekad hidupnya. Keinginan kedua orang tuanya akan masa depannya yang berbeda itu membuat hati nicken gundah, dia berpikir bagaimana seorang anak mampu melanggar perkataan orang tuanya sementara semua tidak sesuai dengan cita-citanya. Terkadang nicken melamunkan hal yang sama berulang-ulang.

Nicken : “ Tuhan, apa yang harus kulakukan? , setiap hari aku membantah perkataan kedua
orang tuaku yang menjadi malaikatku dari kecil. Mereka menginginkanku untuk
menjadi apa yang mereka mau sedangkan semua itu bertentangan dengan hatiku. Aku
ingin berbakti kepada mereka tapi aku sendiri tidak mematuhi apa kata mereka, lalu
bagaimana caraku berbakti tanpa harus menghapus cita-citaku? “ L
Tidak terasa, kegundahan hati nicken membuatnya lelah.. apa yang sedang dipikirkannya semakin membuatnya bingung hingga dia tidak menyadari bahwa dirinya telah tidur dan memasuki alam mimpi.
(alam mimpi)

Nicken terus berjalan menyusuri alam mimpi, dia merasa seperti sedang berada di awan yang indah. Kedamaian menyelimuti hatinya kala dia terus berjalan di dalam imajinasinya.
Tiba-tiba dia melihat sesuatu.
Alfi r : “ ibu kenapa burung bisa terbang , ibu ?
Larasati : “ karena dia memiliki sayap nak, sayap itulah yang digunakan oleh burung untuk
mengangkat dirinya terbang”
Alfi r : “ itu berarti manusia tidak bisa terbang dong bu? Kan tidak mempunyai sayap “
Larasati : “ siapa bilang manusia tidak bisa terbang “
Wahyu p : “ kemarilah nak, (mengajak alfi mendekat). Meskipun manusia tidak punya sayap,
bukan berarti manusia tidak bisa terbang, manusia bahkan mempunyai sesuatu yang
lebih berharga ketimbang sayap”
Alfi r : “ sesuatu yang berharga apakah itu nek ? “
Wahyu p : “ manusia mempunyai  otak yang penuh imajinasi, dari situ manusia bisa membuat
hal yang sepertinya tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan terbang sekalipun
manusia mampu nak “
Alfi r : lalu bagaimana cara otak bisa menerbangkan manusia nek ? “
Wahyu p : “ caranya adalah sederhana, manusia memiliki otak yang harus selalu digunakan
untuk berpikir, dari hal itu manusia bisa membuat pesawat terbang, roket, dan lain
sebagainya”
Larasati : “ maka dari itu, jika alfi pengin terbang ke angkasa sana, maka jadilah orang hebat,
dengan cara rajin belajar . ibu yakin jika alfi rajin belajar dan menjadi orang pintar
kelak juga alfi bisa terbang.
Alfi r : “ tidak ibu, alfi tidak ingin terbang ke atas sana, alfi senang berada ditanah ini. jika
alfi terbang,  sementara ibu dan nenek tetap tinggal, lalu untuk apa? Alfi ingin
menjadi seorang penyanyi yang hebat bu, suatu hari nanti alfi ingin seperti mereka-
mereka yang menjadi orang dengan suaranya yang merdu. Alfi yakin seperti yang
telah ibu katakan tadi bahwa dengan rajin belajar dan berlatih maka alfi bisa menjadi
penyanyi yang hebat. “ iya kan bu, nek? “.
Larasati : “ iya sayang, ibu percaya. Apapun yang alfi inginkan akan selalu ibu dukung.
Selagi alfi bahagia, ibu dan nenek pun ikut merasakan bahagia, jadi tingkatkan terus
apa yang menjadi cita-citamu anakku”
Wahyu p : “ jangan lupa, kalau alfi sudah jadi penyanyi yang hebat, ingat selalu ibu dan
nenek. “
Alfi r : “ baik ibu,  baik nenek .. alfi tidak akan pernah melupakan ibu dan nenek yang selalu
menjadi peri dalam kehidupanku, alfi tidak akan lupa siapa yang selalu mendukung
alfi mulai dari nol , janji . “

(Melihat hal tersebut, )
Nicken : “ betapa beruntungnya dia. Ibu dan neneknya mendukung apa yang menjadi
keinginannya,”

Keesokan harinya nicken terbangun dari tidurnya, seperti biasa dia melanjutkan aktivitasnya disekolah . sepulang sekolah, niken terlihat melamun sendiri sambil memegang alat lukis yang selalu dibawanya kemanapun nicken melangkah.
Indah : “ nicken, kenapa kamu bengong sendirian disini?”
Nicken : “ engga papa kok ndah, Cuma pengen menikmati udara siang “ (nicken
mengatakannya sambil melukis)
Indah : “ ah masa?
Nicken : “ iya serius Indah”
Indah : “ baiklah ken kalau begitu, ayo pindah ke sana , udara disana lebih segar lho terus
juga suasananya lebih indah”
Nicken : “ engga ah  lagi males”
Indah : “ tuh kan ketahuan !! kalau menikmati udara siang mesti kan cari yang lebih enak.
Tapi kamu tak ajak malah ngga mau. hmm .. ayo ngaku sebenarnya kamu kenapa ? “
(Nicken diam sejenak)
Nicken : “ aku bingung ndah , kedua orang tuaku menyuruhku menjadi apa yang mereka
minta dariku, ibuku menginginkanku menjadi dokter sedangkan Papaku sendiri
memintaku menjadi ahli hukum “
Indah : “ kenapa mesti bingung ken, kamu tinggal pilih aja mau jadi dokter apa jadi ahli
hukum , gampang kan ?? “
Nicken : “ masalahnya bukan itu ndah, dari kedua pilihan tersebut, tak satupun menjadi apa
yang ingin ku dapatkan . sejujurnya sejak kecil aku ingin menjadi pelukis, bahkan
sampai sekarangpun keinginan tersebut masih ada dibenakku , hanya saja kedua orangtuaku sedikitpun tidak memikirkan apa kemauanku. Mereka selalu memintaku menjadi apa yang mereka anggap baik untuk diriku. “
Nicken : “ terkadang aku iri melihat mereka-mereka yang jalan hidupnya selaras. Aku iri
kepada mereka-mereka yang selalu diperhatikan oleh kedua orang tuanya,
mendapatkan kasih sayang disepanjang keinginannya. Aku bingung apa yang harus
kulakukan L
Indah : “ kenapa kamu tidak ngomong langsung ke orang tua kamu? Coba lihat ini
(memperlihatkan lukisan yang dilukis oleh nicken) , kamu punya bakat yang luar
biasa dalam melukis, bagaimana mungkin kau mengorbankan bakat besarmu ini demi
menjadi apa yang orang tuamu  mau? bukankah orang tuamu akan bahagia jika
melihatmu bahagia ? ”
Nicken : “ itulah yang masih kuharapkan dari mereka, entahlah, aku terlalu mencintai seniku
sehingga aku takut mengatakannya. Aku takut bahwa apa yang kukatakan justru akan
menjauhkanku dari apa yang telah kunikmati dalam kanvas polos ini.  lalu bagaimana
denganmu? “
Indah : “ kedua orangtuaku mendukung apa yang menjadi keinginanku meski cita-citaku
sebagai fotoghrafer tidak menjamin hidupku menjadi sejahtera kelak. Mereka tau
bahwa selama aku mencintai apa yang ada dihatiku, maka kebahagiaan akan selalu
bersamaku. Hal itulah yang membuat mereka ikut merasakan bahagia karenaku. “
(Diam sejenak, si nicken mikir )
Nicken : “ apa yang membuatmu bahagia dengan hal itu ?” (heran)
Indah : “ sama sepertimu, dunia fotografer adalah seni. Coba bayangkan !!, aku bisa melihat
berbagai ekspresi alam serta keindahannya. Alam indah,  yang selama ini menjadi
teman hidup kita sebagai manusia. Dari alam, aku bisa melihat raut wajah bumi dan
merenungkannya sebagai ungkapan  rasa syukur atas ciptaan tuhan untuk kita. itu
membuatku semakin menikmati hidup meskipun dalam kesederhanaan.. dan satu hal
lagi ken, bahagia itu mencintai apa yang kita miliki bukan ? J jadi lakukanlah apa
yang menjadi impianmu sejak dulu, lakukan sebelum mimpi itu hilang untuk
selamanya !!
(kemudian Indah pergi meninggalkan nicken dengan senyuman).

Adegan 5
Di rumah Indah yang ikut merasakan kegundahan hati sang sahabat, memberanikan diri untuk mengungkapkan pada ibunya, dia ingin mencarikan solusi agar sahabatnya dapat meraih mimpinya sendiri.
Indah : “Ibu, Ibu, Indah ingin bilang sesuatu.”
Melyna : “Iya, ada apa? Kamu ingin bicara apa?”
Indah : “Ibu tahu kan kalau Indah punya temen sekolah yang namanya Nicken?”
Melyna : “Em, Nicken? Em, oh, iya, iya, Ibu tahu, kenapa?”
Indah : “Begini, Nicken itu bingung karena kedua orang tuanya ingin dia menjadi seperti
yang mereka inginkan. Papanya ingin Nicken jadi ahli hukum, sementara Mamanya
ingin dia jadi dokter. Nah, tapi, Nicken itu tidak mau keduanya, karena dia ingin
menjadi seorang pelukis. Lukisannya bagus lho, Bu!” (Indah bersemangat)
Melyna : “Begitu, em, apa Nicken tidak bilang saja kepada orang tuanya mengenai hal itu?”
Indah : “Em, dia takut jika dimarahi, terus bagaimana?”
Melyna : (berpikir) “Sebentar, tadi, waktu belanja diberi poster mengenai lomba melukis
(mengambil poster), ini dia, jadi, kamu bilang ke Nicken supaya dia mengikuti lomba
ini, untuk membuktikan pada orang tuanya dia memang sungguh-sungguh. Kalau
Nicken menang, itu bisa jadi bukti kepada orang tuanya, mereka pasti akan setuju
karena Nicken pasti dapat bertanggung jawab dengan mimpinya itu.”
Indah : “Begitu ya, nanti Indah coba bilang pada Nicken. Terima kasih, Bu” (senyum)
Melyna : “Iya, ngomong-ngomong, anak Ibu ini punya mimpi apa?”
Indah : “Kalau aku, hampir sama seperti Nicken yang mau mengabadikan setiap kejadian
ataupun keindahan alam di kanvas, tapi aku ingin dalam sebuah foto. Indah, mau jadi
fotografer.” (tegas)
Melyna : “Fotografer?” (murung)
Indah : “Ibu, tidak setuju?”
Melyna : “Kirain kamu bisa jadi dokter atau pengusaha gitu.”
Indah : “Ya, tapi...” (sedih)
Melyna: “Ibu, bercanda kok (senyum) kamu bebas menjadi apapun yang kamu mau.”
Indah : “Eh, yakin, Bu?”
Melyna : “Iya, sayang.”
Indah : “Terima kasih, Bu” (memeluk Ibunya)

Keesokan harinya Indah mencari Nicken untuk memberitahu tentang ide dari Ibunya.
Indah : “Nicken! Hai, aku punya kabar gembira” (gaya kabar gembira Mastin)
Nicken : “Ada apa? Kok seperti iklan aja.”
Indah : “Ini dia (menunjukkan poster) ini, kamu harus ikut lomba ini.”
Nicken : “Hah? Lomba melukis? Tidak mau, kamu tahu kan orang tuaku tidak setuju.”
Indah : “Justru itu, kalau kamu ikut lomba ini dan menang, kamu bisa membuktikan pada
Papa dan Mamamu kalau kamu memang sungguh-sungguh ingin menggapai
mimpimu, mereka pasti akan percaya kamu bisa.”
Nicken : “Hhmm, tapi kan..” (ragu)
Indah : “Sudah, tenang saja, aku yakin kamu pasti menang dan bisa meyakinkan orang
tuamu. Yang penting berusaha dan berdoa. Aku dukung kamu. Go Nicken!! Go
Nicken!!”
Nicken : “Hei, sudah hentikan, baik, akan kucoba (setengah yakin), doakan aku.”
Indah : “Pasti!”

Setelah sampai di rumah, Nicken masuk ke dalam kamar lalu mengeluarkan peralatan melukis dan mulai berkreasi, hingga tanpa sadar hari sudah malam. Mama pun datang ke kamar untuk melihat anak tercintanya.
Puty : (mengetok pintu) “Nicken, ini Mama, kamu lagi apa di dalam? Ayo, makan dulu.”
Nicken tidak mendengar karena tengah asyik melukis. Mama pun masuk
Puty : “Nicken, dipanggil dari tadi kok tidak menjawab.”
Nicken buru-buru membereskan peralatannya.
Nicken : “Maaf, Ma, Nicken tadi itu...”
Puty : “Kenapa? Itu apa yang ada di belakangmu?”
Nicken : “Oh, ini, bukan apa-apa.”
Puty : “Sini Mama lihat.”
Nicken : “ Endak usah, Ma.”
Mama langsung mengambil lukisan Nicken.
Puty : “Ini apa? (tegas) Mama kan sudah bilang kamu harus jadi dokter bukan pelukis,
bagaimana kamu hidup kalau dengan seperti ini nantinya? Ayo, bicarakan sama Papa.
Pa! Pa!”
Papa masuk
Tian : “Ada apa kok teriak-teriak?”
Puty : “Ini, Pa.”
Tian : “Lho, Nicken, Papa kan sudah bilang kamu harus menghilangkan virus melukis itu dari
pikiranmu. Kamu harus jadi ahli hukum.”
Puty : “Kok ahli hukum, Pa? Dokter!”
Tian : “Ahli hukum!”
Puty : “Dokter!”
Tian : “Sudah! Papa capek habis pulang kerja, mau makan malah seperti ini. Mana
gambarnya (Papa mengambil gambar, lalu disobek) udah ini dibuang saja, membuat
ribut!”
Nicken : “Pa, jangan..” (menangis)
Tian : “Sudah! Kamu sekarang mau turun untuk makan atau langsung mau tidur, terserah
kamu. Papa lagi capek pulang kerja, jadi tidak nafsu makan juga, Papa mau ke
kamar.”
Puty : “Pa, jangan marah gitu dong.” (menenangkan Papa)

Nicken masuk ke kamar. Lalu Papa juga ke kamarnya, Mama yang bingung karena walau dia ingin marah tapi dia juga kasihan dengan putri tercintanya, alhasil Mama makan malam sendiri. Setelah beberapa lama, emosi Papa sudah mereda dan keluar kamar, dia memanggil sang istri untuk membicarakan perihal buah hati mereka.
Tian : “Ma, sini, Papa mau bicara sesuatu.”
Puty : “Iya, Pa, ada apa? Papa sudah tidak marah lagi?”
Tian : “Masih sedikit.”
Puty : “Masih marah sama Nicken?”
Tian : “Endak, sama Mama.”
Puty : “Lho kok Mama? Mama salah apa?” (cemberut)
Tian : “Endak, cuma bercanda kok.” (senyum)
Puty : “Iya, iya”
Tian : “Begini, Papa sudah memikirkan hal ini dengan baik, sejak Nicken masih kecil kita
selalu memaksa dia untuk mengikuti setiap kemauan kita. Papa yang ingin dia jadi
ahli hukum ataupun Mama yang ingin dia jadi dokter. Nicken jadi harus mengikuti
banyak kegiatan yang melelahkan dan tentu dia akan bingung untuk memilih.”
Puty : (memperhatikan) “Iya, benar juga kata Papa. Papa juga yang maksa dia ikut banyak
ikut kegiatan, lebih baik dia ikut kegiatan untuk mengasah kemampuannya menjadi
dokter kelak, jadi hanya satu bidang kegiatan yang dia kerjakan.”
Tian : “Ma, kita mau terus bertengkar masalah itu atau cari jalan tengah? Tolong dong, Ma,
kita sama-sama lupakan keegoisan kita dulu.”
Puty : “Iya, Pa, maaf, terus bagaimana?”
Tian : “Em , jadi Papa punya ide , besok kita sediakan fasilitas untuk dia sesuai yang
kita mau, buku aja mungkin, nah, biar dia nanti yang memilih mau yang mana. Tapi
kita harus ikhlas dengan apapun pilihannya.”
Puty : “Iya, bisa, Pa, tapi bagaimana kalau nanti dia mempunyai pilihan lain? Melukis?
Seperti yang biasanya dia lakukan.”
Papa terdiam sejenak.
Puty : “Papa nih, malah diam aja.”
Tian : “Kalau itu kita lihat besok.”

Adegan 6
Di dalam kamarnya, Nicken sedih karena kedua orang tuanya masih saja memaksa dia mengikuti kemauan mereka masing-masing, Nicken juga kesal karena lukisannya dirobek oleh Papanya. Dia tidak tahu harus bagaimana, di tengah kesedihannya, dia merasa semakin lelah dan mengantuk lalu akhirnya dia tertidur. Saat membuka mata, dia melihat sekeliling dan melihat pemandangan sama seperti saat ketemu Dreamy, ya, Nicken berada di dunia mimpi lagi. Kali ini dia dalam perasaan yang sangat sedih, lalu...
(Dreamy muncul dari belakang)
Dreamy : “Halo....hehehe...halo, Nicken...hehehe....”
Nicken : “Hai.” (murung)
Dreamy : “Eh....eh....kamu kenapa? Kenapa murung lagi?”
Nicken : “Ya, gitu deh, orang tuaku masih saja memaksaku mengikuti kemauan mereka.”
Dreamy : “Em...sudah...sudah...jangan sedih...bagaimana ya...kamu harus tetap semangat meraih mimpimu.” (menghibur)
Masuklah seorang wanita dengan langkah anggun berjalan layaknya model papan atas..
Artis : “Hei, gadis kecil, kamu kenapa? Di tempat seperti ini murung.”
Nicken : “Eh, kamu siapa? Datang tiba-tiba langsung bertanya tanpa memperkenalkan diri.”
Artis : “Oh, maaf, saya lupa, kamu tidak tahu siapa saya? Saya Pepeb, saya adalah seorang
artis papan atas, pasti kamu dari desa ya? Iya? Jadi kamu tidak tahu siapa saya.”
(sombong)
Nicken : “Hei, sombong sekali kamu.”(sewot)
Artis : “Hahahaha...maafkan saya, saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya penasaran
kenapa kamu murung di sini.”
Nicken : “Bukan masalahmu juga sih, em, tapi kamu kan seorang artis, apa itu impianmu?
Adakah rintangan yang harus kau lalui?”
Artis : “Wah, wah, iya, aku sejak dulu memang bermimpi menjadi artis. Tapi, hal itu tidak
mudah, kau tahu? Orang tuaku menuntutku untuk menuntut ilmu yang tinggi supaya
aku jadi akuntan yang hebat, tapi aku tidak suka itu dan ketika kuutarakan mimpiku,
mereka meremahkannya. Aku merasa sangat sedih, (sedih) tapi aku bertekad tetap
mengejar mimpiku. Dan kau lihat sekarang? Aku bisa jadi artis hebat, walau aku
harus meyakinkan orang tuaku dengan susah payah, berlatih akting dengan baik,
memulai dari pemain figuran, namun aku tidak menyerah, karena itu mimpiku.”
(mantap)
Pengusaha : (masuk) “Kalau kamu menyerah kamu tidak akan bisa berhasil.”
Nicken : “Kamu siapa?”
Pengusaha : “Aku? Aku adalah seorang yang selalu berjalan terus ke depan walau harus jalan
yang ditempuh selalu berkelok-kelok. Aku Rovi sang pengusaha sukses.”
Nicken : “Em, boleh juga, kenapa kamu bilang seperti itu tadi?”
Pengusaha : “Bilang apa? Untuk tidak menyerah? Ya, memang orang tuaku juga pengusaha,
tentu mereka mendukungku tapi sebagai seorang pengusaha, tantangan selalu ada,
entah modal tidak ada, rugi, penurunan nilai mata uang, peluang usaha semakin
sedikit, banyak deh. Jadi, kalau aku menyerah aku tidak bisa jadi sekarang ini, dan
aku juga perlu keberanian dalam mengambil keputusan. Posisi seorang pengusaha
bisa dibilang tidak selalu nyaman, karena harus mengikuti perputaran roda yang ada
untuk tetap bertahan, jadi aku tidak boleh berpuas diri. Orang yang berhasil bukan
orang yang menunggu kesempatan dalam kesulitan tapi orang itu mampu membuat
kesulitan menjadi kesempatan. Dan ingat keberanian adalah hidup di antara hal-hal
yang membuatmu takut mati.”
Uztadzah : (masuk) “Hal itu benar sekali, Nak! Di dunia ini orang yang malas untuk berjuang
tentu tidak mendapat hal yang baik. Tuhan meminta kita untuk bekerja dan berusaha
serta tidak lupa berserah pada-Nya untuk segala masalah kita. Minta pada-Nya untuk
mengubahkan hati orang tuamu, Nak, dan engkau harus mengatakan pada orang
tuamu, maksud hatimu, agar tidak ada keterpaksaan karena Tuhan ingin tiap orang
melakukan segala sesuatu dengan ikhlas bagi Dia, tunjukkan pada orang tuamu bukti
kesungguhanmu. Dan apapun hasilnya kelak, kamu harus senantiasa bersyukur karena
rencana-Nya tidak pernah gagal buat kamu, Nak. Siapa dirimu adalah hadiah Tuhan
untukmu, menjadi seperti apa dirimu adalah hadiahmu untuk Dia.”
Nicken : “Baik, saya mengerti tapi tetap saja menjadi pelukis bukan pekerjaan yang bisa
memberi penghidupan layak bagi kebanyakan orang apalagi wanita. Sangat susah
menjadi pelukis yang terkenal.”
Guru : (masuk) “Nak, memang kamu belum tentu mendapat kecukupan secara finansial
namun ada bayaran lain yang lebih indah.”
Nicken : “Apa itu?”
Guru : “Saya sebagai seorang guru juga pernah terhalang oleh hal seperti itu. Orang tuaku
tidak setuju dengan keputusanku menjadi seorang guru. Tapi aku bersikeras untuk
menggapainya, aku meyakinkan mereka bahwa impianku menjadi guru itu karena aku
ingin melihat setiap anak nantinya dapat menikmati saat mereka belajar, aku ingin
anak-anak memiliki karakter yang baik, dan yang paling penting memang bayaran
yang kudapat tidak sebanyak yang lain tapi senyuman dan rasa terima kasih yang
tulus yang mereka ucapkan menjadi bayaran yang lebih indah. Nak, lakukan apa yang
kamu sukai, dan jelaskan alasan kamu memilih itu pada orang tuamu.”
Motivator : (masuk) “Yak, tepat sekali, setiap yang mereka katakan.”
Nicken : “Em, siapa lagi kamu?”
Motivator : “Aku hanya seorang motivator. Akan kukatakan sesuatu padamu, bahwa
sebenarnya mau bagaimanapun tantangan yang ada, berapapun banyaknya senjata
musuh yang menyerangmu, ada kalanya semua itu kalah dengan tombak semangat
yang kau ikat di hatimu. Musuh terbesarmu dalam menggapai mimpi adalah dirimu
sendiri, lawamlah dirimu, jangan takut untuk mengungkapkan pada orang tuamu,
karena pada dasarnya orang tua hanya khawatir anaknya tidak dapat hidup bahagia
setelah mereka tiada. Jadilah dirimu sendiri, yakinkan orang tuamu kalau mimpimu
itu dapat membuatmu bahagia, dan bertanggung jawablah. Segera bicarakan pada
orang tuamu dan kejarlah mimpimu. Saat tua, kita membayar apa yang kita lakukan
saat muda.”
Nicken : “Hhh, terima kasih semuanya, kalian memberikanku semangat untuk ini.”
Dreamy : “Hehehe...terima kasih ya....jadi Nicken tidak boleh sedih lagi, kamu sudah melihat
beberapa orang yang juga tidak mudah saat meraih mimpi tapi mereka bisa,
hehehe....Jangan lama-lama kalau ingin bilang ke orang tuamu karena waktu tidak
akan pernah terasa baik...hehehe...dan kalau kamu menyerah sekarang maka kamu
selesai, hehehe...”
Nicken kemudian terbangun dan merenungkan apa yang dia alami dalam mimpi. Dia bersemangat kembali untuk mengikuti lomba dan membuktikan pada orang tuanya jika dia bisa menjadi pelukis yang hebat.

Adegan 7
Kicauan burung kian menari, melihat hari yang indah penuh warna-warni. Saat ini dunia memancarkan senyumnya melalui birunya cakrawala, dengan penuh senyuman dia menyapa dari kejauhan. Terlihat awan putih nan indah melebarkan tubuhnya seakan menyambut hari yang penuh suka cita. Hari demi hari yang nicken lalui memang penuh dengan duka, tapi .. seperti dirinya, dia tetap tersenyum memandang dunia meski dunia terasa kian menjauh. Mimpi dalam imajinasinya membuat dia semakin yakin bahwa dunia yang jauh itu justru tidak akan mampu mengambil cita-citanya. Meski kedua orang tuanya selalu melarang nicken untuk melukis,  tapi , tetap saja, hari harinya dia habiskan untuk melukis. Hari ini nicken mendapat kabar gembira atas kesuksesannya, yaa , lebih tepatnya kabar gembira atas hasil karyanya. Lukisan yang ia buat dinyatakan menjadi yang terbaik dalam lomba melukis beberapa hari lalu. Dia mengirimnya tanpa kedua orangtuanya menyadari. Dan Saat nicken pulang
Nicken : “ Papa, Mama, lihat ini, lihat !!” (ungkap nicken dengan gembira)
Puty : “ ada apa, Sayang? “
Nicken : “ Ma, nicken ingin ngomong sesuatu sama Mama.”
Puty : “ Mama juga ingin bicara sama kamu.”
Tian : “ Kalian ribut-ribut kenapa ? sepertinya hari ini keluarga kita diselimuti kebahagiaan”
Nicken : “ Papa, nicken ingin ngomong sesuatu Pa, hari ini nicken sangat senang “
Tian : “ wah Papa ikut merasakan senang, sekarang apa yang ingin kau katakan? Papa juga
punya sesuatu yang ingin Papa katakan ke nicken”
Nicken : “ begini Pa , Ma , hari ini nicken menang lomba melukis .. lihat ini , nicken
membawa piala untuk Papa dan Mama atas hasil kerja keras nicken semalam , satu
hal lagi Pa, nicken cuma ingin menjadi pelukis, yee nicken bahagia sekali hari ini ,
sekarang apa yang ingin Papa dan Mama katakan? “
Tian : “ Papa Cuma ingin mengatakan , tolong kau ulangi apa kata katamu tadi ! lihat !! kau lihat semua barang-barang itu nak , untuk siapa itu ? untuk siapa kalau bukan untukmu anakku  L , bertahun-tahun papah menunggu agar kau menjadi apa yang papah inginkan, lihat ini nak, kau bisa belajar banyak dari buku ini.. jangan kau jadikan apa yang papah dan mamah lakukan menjadi sia sia !! .
(nicken langsung cemberut)
Nicken : “ Pa , Ma, nicken ingin menjadi pelukis, nicken tidak ingin menjadi seperti apa yang
Papa dan Mama inginkan” (nada sedih)
Papa : “ jadi kamu masih memikirkan soal melukis itu? Jangan bilang, Indah, temanmu itu
selalu mempengaruhimu jadi seperti ini.”
Nicken : “ aku tidak memahami apa itu hukum, meski bisa, aku pasti menjadi ahli hukum
yang buruk, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya menjadi dokter seperti yang
Mama minta. Indah, dia hanya mengatakan sesuatu yang sederhana, yang kamu
merasa gembira melakukannya, jadikan itu profesimu sehingga bekerja akan serasa
bermain”
Tian : “ Lalu, apa yang akan kau dapatkan dari melukis itu ? “
Nicken : “ Papa, gajinya memang tidak seberapa, tapi aku akan bisa belajar banyak hal”
Tian : “ setelah 5 tahun kau akan melihat teman-temanmu membeli mobil, kau akan
mengutuk dirimu sendiri.”
Nicken : “ aku akan frustrasi jika menjadi ahli hukum maupun dokter Papa , dan mungkin
aku akan mengutuk Papa dan Mama karena memberiku kehidupan. Papa, bukankah
lebih baik  jika aku mengutuk diriku sendiri? “
Tian : “ haah .. orang-orang akan tertawa !!  mereka akan mengatakan bahwa kamu lambat
dan kalah, banyak orang mengatakan bahwa aku adalah Papa yang beruntung karena
mempunyai putri sepertimu, lalu bagaimana jika sekarang kau seperti ini? “
Nicken : “ mereka tidak pernah memasang AC dikamarku yang membuatku merasa nyaman
saat tidur, mereka tidak mendudukanku di pundak, membawaku berkeliling kebun
binatang, tapi Papa yang melakukan semuanya ! pikiran Papa membawa pengaruh besar dalam diriku, pikiran mereka sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam diriku, aku bahkan tidak tahu mereka itu siapa “
Tian : “ apa kau sedang bersandiwara? “
Puty : “ sudahlah , dia tertekan (membela nicken) , jangan sampai membuatnya menyesali
hidup yang dialaminya “
Tian : “ tidak ada hal lagi yang perlu dibicarakan, jangan mengajak dia berdebat atau dia akan
melompat dari balkon “ (kemudian pergi ke kursi untuk duduk diam)
Nicken : “ tidak Papa, aku tidak akan pernah bunuh diri, aku janji. (nicken mendekat).
Indah yang Papa katakan mempengaruhiku itu, dia memaksaku menaruh foto Papa dan Mama disini (dompet). Dia bilang berjanjilah padaku, jika terlintas pikiran bodoh di otakmu , pandanglah foto ini dan bayangkan apa yang akan terjadi pada senyum mereka jika kau mati, Papa, aku ingin meyakinkanmu tapi tidak dengan mengancam bunuh diri. Apa yang akan terjadi? Jika aku nanti menjadi pelukis , kemudian gajiku sedikit, rumahku kecil, mobilku kecil, namun aku akan bahagia Papa, aku benar-benar akan bahagia. Semua yang kulakukan untuk Papa , aku akan melakukannya benar-benar dari hatiku . sampai hari ini aku selalu mendengarkan kata-kata Papa dan Mama. Kali ini aku mohon dengarkanlah kata hatiku, tolonglah Papa, tolonglah Mama.
(kemudian Papa pergi ke suatu tempat dimana semua fasilitas untuk anak diletakkan)
Nicken : “ Papa , jangan pergi.. tolong Papa”
Tian : “ aku akan mengembalikannya (sambil memegang buku-buku ) . Sayang apa saja yang
kamu butuhkan untuk melukis? Kanvas? Kuas? Cat? Atau apapun, bilang ke Papa,
akan Papa berikan.
(kemudian nicken datang dan memeluk Mamanya sambil menangis) (Mamanya pun ikut menangis)
Tian : “ini hidupmu, jalanilah !! “

Adegan 8
Semenjak kejadian itu, semua yang menjadi keinginan nicken mulai terbentuk. Kini nicken melangkah pasti dalam sebuah mimpi yang menjadi cita-cita dalam hidupnya. Tidak terasa 10 tahun berlalu semenjak ayah dan ibunya sadar akan mimpi nicken yang sesungguhnya. “angin tak lagi menjadi hambatan, anginlah yang menjadi aktor utama bagi sebuah layang-layang untuk terbang” kalimat itulah yang mampu mewakili semua mimpi nicken. Sekarang dia telah terbang tinggi di angkasa, tempat dimana dia menemukan burung-burung menari bersamanya dalam satu jalan hidup yang pasti. Angin membawanya terus berkembang , melangkah tinggi bagai berjalan dalam sebuah anak tangga untuk mencapai puncak. Dan waktu . . .
Waktu membawanya semakin jauh mengelilingi dunia  untuk merasakan keindahan alam disetiap sudut negara, seni membuat jari-jari indahnya menari dalam ketiap coretan lika-liku imajinasinya, kini semua harapan yang dia impikan tergores dalam sebuah kanvas yang akan selalu menjadi sahabatnya.  
(dikamar tidur,  nicken sambil melukis)
Nicken : “ ayah , ibu , sejak dulu kalian selalu menjadi inspirasi bagiku. aku selalu berusaha                menjadi apa yang ayah dan ibu mau, yaaah ... meski pada akhirnya tetap sama, aku belum bisa berbakti kepada kalian. Bahkan sampai detik ini saat semua mimpi ku terwujud, masih saja aku belum mampu berbakti kepada kalian . hari ini nicken merindukan kalian berdua , ingin rasanya kulepas rindu ini dan segera pulang ke tanah air tercinta indonesia, untuk sementara waktu lukisan ini akan membantuku melepas semua kerinduan terhadap kalian sampai aku kembali pulang. I love you dad, I love you mom .
(kemudian nicken tidur)
Sungguh hari yang melelahkan, malam ini nicken tidur dengan sangat pulas. Dalam tidurnya, kembali , dia menemukan sesuatu yang membawanya meraih mimpi.
Nicken : “ Dreamy ???  dreamy lihat aku , apa kau masih mengenaliku ?”
Dreamy : “ siapa kau ? sungguh aku tidak mengenalimu, hahaaha”
Nicken : “ ini aku nicken, seorang remaja yang dulu kau bantu menemukan mimpi” (meyakinkan)
Dreamy : “ benarkah? setahuku nicken yang dulu adalah nicken yang penakut, dia tidak mampu mengungkapkan apa yang menjadi mimpinya kepada kedua orangtuanya, saya kira, kau tidak memiliki kriteria itu untuk dapat dikatakan sebagai nicken, hahaha”
(kemudian nicken cemberut dan diam terduduk)
Dreamy : “ hahahaha.. kau masih seperti yang dulu ken, lihat dirimu , kau masih suka cemberut dan gampang ngambek ya ? hahahaha”
Nicken : “ ngapain kamu ketawa!! “
Dreamy : “ baiklah baik, aku sudah mengenalimu dari awal kok, sekarang ceritakan apa yang telah terjadi pada dirimu ?”
Nicken : “ sejak mimpi terakhir itu, kau telah memberiku keberanian. Aku sadar bahwa aku tidak akan bahagia seandainya apa yang menjadi profesiku tidak sesuai dengan cita-citaku, dari hal itulah aku mengatakan kepada orang tuaku tentang diriku yang sebenarnya, aku mengatakan mimpiku kepada mereka”
Dreamy : “ lalu apa selanjutnya?”
Nicken : “ mereka menyadari keinginanku”
Dreamy : “ hahahaha . . . . lalu coba kau bayangkan jika pada saat itu kau tidak mengungkapkan perasaanmu terhadap mereka, apa yang akan terjadi ?”
Nicken : “ aku akan menderita jika menjadi ahli hukum ataupun menjadi dokter. Tak satupun dari pilihan tersebut sesuai dengan kemampuanku, jika saja keberanian kala itu tidak datang menghampiriku, aku bukanlah diriku yang sekarang.”
Dreamy : “ baguslah jika kau menyadarinya, hahahha....... lihat ini. .
Lima orang anak yang mempunyai mimpi ,
(dreami memperlihatkan orang-orang dalam mimpinya satu persatu)
Pelaut : “ hai nicken, selamat ya , sekarang kamu bisa melukis indahnya hamparan laut bersamaku sebagai seorang pelaut”
Penulis : “ kau telah mampu menuliskan semua idemu selihai jemarimu menari dalam kanvas kehidupan, selamat nicken”
Atlet : “ kini alam telah bersamamu, kau membuktikan kerjakerasmu yang pantang menyerah demi mewujudkan mimpimu,  nicken kamu hebat “
Koki : “ keren nicken, lanjutkan !!  sekarang kau mampu merasakan manis, asam, asin, Pait, dan gurihnya dunia ini melalui kerja kerasmu“
Polwan : “ hidup wanita indonesia, kau mampu membuktikannya , kau telah menjadi kuat dan istimewa sebagai seorang wanita,  selamat nicken”
Dreamy : “satu keluarga yang juga mempunyai seorang anak yang punya mimpi”
Larasati : “ sebagai seorang ibu, melihat seorang wanita tumbuh dewasa adalah hal yang sangat luar biasa, aku melihat semua itu dihatimu nicken”
Wahyu p : “ kau adalah generasi muda yang berbakat, kau mampu membanggakan negeri ini setelah sekian lama mati, lanjutkan perjuanganmu anak muda”
Alfi r : “ keberhasilanmu membuat mu merasakan kehidupan yang sekarang ini, bahkan kau telah melampaui seekor burung yang mampu terbang bebas, kau telah terbang dengan sangat tinggi hingga tiada orang mampu menggapaimu, tetap semangat nicken”
Dreamy : “dan lima orang hebat yang penuh dengan perjuangan untuk mewujudkan mimpi mereka”
Artis : “ seseorang mampu merasakan kebahagiaan karena dia terhibur atas apa yang dilakukannya, duniaku mengajariku bagaimana membuat orang lain senang atas tindakanku. Semoga kamu selalu menikmati karyamu  sebagai pengungkapan rasa untuk menghiburmu diantara sepi dunia ini”
Pengusaha : “ hidup adalah perjuangan nicken, setiap individu berjuang dari titik nol, bahkan ada yang mengawalinya mulai dari kata minus. . sekecil apapun yang kamu lakukan, jika kamu mencintai pekerjaanmu, kamu akan bahagia karenanya”
Ustadzah : “ saat seseorang beriman, dia akan selalu meyakini bahwa apa yang ada dalam dirinya adalah suatu keyakinan. Dia akan berusaha tanpa mengenal lelah sebelum akhirnya menyerahkan setiap hasil usahanya kepada yang maha kuasa, allah tidak menyukai orang-orang yang mudah menyerah dalam hidupnya, maka dari itu jadilah wanita yang kuat dan tetap percaya pada kata hatimu”
Guru : “ manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial dan individu, sebagai makhluk sosial manusia tidak akan mampu hidup tanpa orang lain, nicken yang baik hati dan mulia, belajarlah !! belajarlah dari setiap pengalaman yang kau akan dapatkan bersama orang lain, karena itu akan lebih membantumu berkembang sebagai bagian dari individu yang hebat”
Motivator : “ hidup itu seperti sebuah drama, dimana dalam setiap akting akan ada banyak sandiwara. Sebagai tokoh utama,, kau harus menyadari bahwa kau mempunyai peran penting untuk dunia ini, kaulah pemeran utama dalam cerita hidupmu sendiri. Kau harus mampu menguasai dunia sebagai panggung bagimu beraksi”
Dreamy : “ mereka semua adalah cara bagaimana membangkitkan semangatmu, hal ini kulakukan agar kau semakin menyadari bahwa kau harus mewujudkan mimpimu. Sampai saat ini, tetaplah menjadi mimpi , mimpi yang datang dari hatimu dahulu, mimpi yang akan tetap hidup selama kau hidup”
 (kemudian nicken berdiri dan menggapai dreamy)
Nicken : “ dreamy? (berdiri)  Terimakasih untuk semuanya  . . . (sambil berlari)
Dreamy : “ eiiitsss . .  , , kamu tidak akan pernah bisa meraihku nicken, karena akulah imajinasimu, akulah mimpi dalam otakmu. Kamu tidak akan pernah bisa meraihku sebelum kamu membuktikan bahwa dunia kian menyempit oleh kemampuanmu. Kamu tidak akan pernah bisa meraihku sampai semua imajinasimu tak sanggup lagi menggambarkan dunia yang kau tulis melalui goresan kuas berwarna dalam kanvas putih nan polos itu. Bahkan sebelum kamu membuktikannya kepada orang tuamu , kamu tidak akan pernah mampu untuk meraihku, sekarang bangunlah, hari baru telah menantimu , pagi ini dunia membutuhkan senyumanmu yang penuh semangat . dan ingat !! tetaplah menjadi dirimu sendiri ,  berbakti  kepada ayah dan ibumu serta bermanfaat bagi orang lain, dan bagi bangsa dan negara”

(dreamy ngomong pake mix)
Dreamy : “ untuk teman-teman yang juga punya mimpi, wujudkanlah !! jadikan hidup ini lebih bermakna dengan kebahagiaan, kita tidak akan pernah tahu masa depan kita seandainya kita ragu untuk bermimpi, messi dan ronaldo tidak akan pernah menjadi pesepakbola yang hebat seandainya dia mengikuti perkataan orang tuanya untuk tidak bermain bola, atau bahkan seorang mario teguh, dia tidak akan pernah merasakan sukses apabila mengikuti perkataan orang tuanya untuk menjadi selain motivator. Kesimpulannya, hidup adalah kenyataan, maka hadapilah dengan nyata, hadapilah segala tantangan dengan berani , dan ingat  satu hal “ kita punya mimpi ”
(sambil lagu laskar pelangi diputar)


Tamaaatttt ..........................


0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com